Sudah bertahun-tahun Jaka Tarub merawat tiga bidadari yang sakit jiwa - Si Cantik, Si Genit dan Si Kalem. Suatu ketika Jaka Tarub ingin menguji kewarasan ketiga-tiganya. Maka, diajaklah ketiga bidadari itu ke sebuah telaga yang kering -tidak ada airnya sama sekali. Rupa-rupanya Jaka Tarub ingin menguji bagaimana tanggapan mereka.
Begitu tiba di pinggir telaga, si Cantik langsung melepaskan kebayanya dan berlagak mandi. Tidak mau ketinggalan si Genit pun melepaskan kebayanya berlagak mencuci pakaian.
"Huh, dasar bidadari-bidadari gendeng" tukas Jaka Tarub, "Airnya tidak ada, eh malah mandi, malah nyuci".
Bagaimana dengan si Kalem? tampaknya bidadari yang satu ini sedikit menyesalkan tingkah kedua sahabatnya. Tidak lama kemudian ia pun turun ke telaga. Ia berjalan biasa. Sepertinya ia sadar kalu telaga ini tidak ada airnya.
Sambil menarik-narik lengan sahabatnya, si Kalem menyergah, "Sudah-sudah, kalian ini bikin malu saja. Ayo balik" Dengan setengah hati, kedua bidadari itupun keluar dari telaga dan memakai kembali kebayanya.
Melihat kejadian tersebut, Jaka Tarub tersenyum, "Syukurlah! Ternyata tidak semua bidadarinya masih gila. Kayaknya si Kalem sudah waras. Dia tidak ikut-ikutan mandi dan mencuci. Malah dia mengingatkan kedua sahabatnya. Hm, besok akan saya antar dia kembali ke khayangan.
Esoknya pagi-pagi Jaka Tarub memanggil si Kalem, "Aku ada dua kabar untukmu. Satu kabar baik, satu kabar buruk"
"Apa kabar baiknya Jaka?" tanya si Kalem.
"Pertama, kamu sudah sembuh dan kamu segera kembali ke khayangan" jelas Jaka Tarub.
"Terus kabar buruknya?" kembali si Kalem bertanya.
"Kuatkan hatimu, ya!". setelah menghela nafas panjang sejenak, Jaka Tarub melanjutkan, "Ternyata si Cantik dan si Genit telah mendahului kita, mereka telah meninggal dunia. Gantung diri semalam"
Suasana sempat hening sekian detik.
Sampailah si Kalem berujar, "Sebenarnya, Jaka salah paham. Mereka tidak gantung diri kok"
"Hm, kamu tahu dari mana?" Giliran Jaka Tarub yang bertanya keheranan.
"Aku yang menggantung mereka" sahut si Kalem dengan tenangnya.
"Hah?" Jaka Tarub kaget, bingung. "Kenapa?" tanya Jaka Tarub.
"Begini Jaka" sambung si Kalem, "Kemarin kan mereka basah-basahan di telaga. Nah, supaya lekas kering, saya jemur saja mereka".
Jaka Tarub pun bungkam seribu bahasa. Dalam hati ia bergumam, "Ternyata si Kalem masih gila! bahkan lebih gila dari si Cantik dan si Genit".
---------------------
Ini cerita humor saja. Humor bisa mengasah otak kanan kita.Asal tidak keterlaluan. Dan tertawanya juga tidak terlalu lebar apalagi nda bisa berhenti.
(13 wasiat terlarang, Ippho Santosa)
0 comments:
Post a Comment